Jakarta, ZonaNarasi.com – Pada Kamis, 20 November 2025, Ambon, kota yang dikenal dengan keindahan lautnya dan warisan budayanya, kembali bergetar oleh gempa berkekuatan Magnitudo 6,0. Berdasarkan laporan BMKG, gempa terjadi pada pukul 13.59 WIB, dengan pusat gempa (episenter) berada sekitar 15 km tenggara Ambon di koordinat 3,66° LS dan 128,33° BT, pada kedalaman sekitar 119 km.
Meski magnitudo tergolong besar, BMKG memastikan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami, karena pusat gempa cukup dalam. Hingga saat ini, belum ada laporan pasti soal kerusakan bangunan atau korban jiwa dari media massa, meskipun BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan.
Latar Belakang Seismisitas di Ambon
Ambon dan wilayah Maluku secara umum memang rentan gempa. Lokasinya berada di zona tektonik yang aktif, bagian dari “Ring of Fire” Indonesia, di mana lempeng-lempeng bumi sering berinteraksi.
Sebagai catatan historis:
- Pada 31 Oktober 2017, pernah terjadi gempa M 6,0 di laut, 32 km barat Ambon, dengan kedalaman 46 km.
- Dalam peristiwa tersebut, tercatat tiga gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama.
- Walaupun tidak berpotensi tsunami, kerapnya gempa menunjukkan karakter seismik yang cukup dinamis di wilayah ini.
- Sejarah Maluku juga mencatat gempa-gempa besar lainnya, misalnya gempa Ambon tahun 2019 dengan magnitudo 6,5 yang menyebabkan kerusakan signifikan dan korban jiwa.
- Bahkan dalam catatan lama, ada gempa dan megatsunami pada tahun 1674 di Ambon yang menewaskan ribuan orang.
Pengingat Risiko Seismik
Gempa M 6,0 ini menjadi bukti nyata bahwa Ambon tetap berada di wilayah seismik yang sangat aktif. Masyarakat tidak boleh lengah: walaupun gempa kali ini belum menimbulkan kerusakan besar, potensi gempa susulan atau gempa besar lainnya selalu ada. Karena episenter berada cukup dalam (119 km), dampak getaran di permukaan bisa lebih “teredam” dibanding gempa dangkal. Ini mungkin salah satu alasan belum ada laporan kerusakan besar.
Mitigasi dan Kesiapsiagaan
- Warga perlu menyadari langkah-langkah mitigasi gempa: menyiapkan rencana evakuasi, menguatkan bangunan, dan edukasi gempa sejak dini.
- Pihak berwenang seperti BPBD dan pemerintah kota Ambon bisa memperkuat sistem peringatan dini dan memastikan bangunan publik telah memperhitungkan aspek tahan gempa.
- Media dan lembaga seismologi bisa menggunakan momen ini untuk meningkatkan literasi bencana gempa.
Aspek Psikologis
Getaran gempa bisa menimbulkan kecemasan terhadap gempa susulan (“aftershock”). Pesan BMKG agar “hati-hati terhadap gempa susulan” sangat tepat, karena gempa setelah gempa besar bisa berlangsung dalam beberapa jam hingga hari.
Pelajaran dari Masa Lalu
Melihat gempa Ambon sebelumnya, seperti yang terjadi tahun 2017 dan 2019, ada beberapa pelajaran penting:
- Foreshock sebagai alarm dini: Pada gempa 2017, tiga gempa lebih kecil (5,7; 5,6; 4,4) terjadi sebelum gempa utama.
- Bangunan rentan: Gempa‑gempa sebelumnya menunjukkan kerusakan infrastruktur, terutama pada bangunan lama atau yang kurang tahan gempa.
- Evakuasi dan kesiapan: Setelah gempa 2019, ribuan orang mengungsi dan banyak bangunan rusak.
Gempa M 6,0 yang mengguncang Ambon bukanlah insiden sepele ini adalah pengingat akan kerentanan tektonik di wilayah Maluku. Meskipun belum dilaporkan kerusakan besar kali ini dan potensi tsunami rendah, kewaspadaan tetap diperlukan:
- Warga harus sadar dan siap menghadapi gempa susulan.
- Pemerintah dan lembaga bencana perlu terus memperkuat mitigasi dan kesiapsiagaan.
- Sejarah gempa di Ambon menunjukkan bahwa gempa besar bisa terjadi, dan kesiapan adalah kunci untuk mengurangi risiko.
